Diposting oleh Haddad Sammir

1 Minggu tanpa kontak sama sekali dengan facebook. Ternyata aku lebih bahagia, lebih santai, lebih produktif, lebih sehat, lebih rajin blogwalking, lebih fokus kepada pekerjaan, lebih inovatif.

Makan 5 kali sehari, olah raga 45 menit setiap hari, survey web tu poin oh dan tri poin oh 4 jam sehari, selesaikan semua tugas 2 jam setiap hari. 5 jam untuk bekerja.

Tidur pukul 11 malam, baca 3 buku sebulan. Bangun pukul 6 pagi, sarapan sehat, lebih sering minum susu :)

Tidak keluar rumah jika tidak diperlukan. Lebih efektif memanfaatkan waktu, selesaikan semua hal hari itu juga.

Lebih mencintai diri sendiri, lebih menyayangi diri sendiri, selalu memenuhi semua kebutuhan diri sendiri.

Tidak lagi sakit kepala, jarang pusing, selalu tersenyum. Bernafas lebih lega. Lebih sering mengkonsumsi sayuran, protein dan karbohidrat kompleks.

Mengurangi rokok hingga 40%. Lebih realistis dalam mengambil keputusan.

Aku harus bergerak karena waktu tidak pernah mau menunggu.

Selamat tinggal teman-teman, terima kasih atas semua canda, pelajaran dan interaksi kita selama ini.
Saya akan segera bisa ditemui di: www.haddadsammir.com , namun untuk saat ini masih under construction, segera saya update setelah semua urusan konsultansi dan manajemen yang sedang saya kerjakan selesai.

Cek update status saya di twitter: https://twitter.com/haddadsammir

Sayonara ...

To the place where no man has gone before !!

Great Man is (not) Super Man!

Diposting oleh Haddad Sammir

Great Man, terdiri dari dua kata: “great” dan “man”. Gunakan alat bahasa google (google language tool) maka great dapat berarti:

noun
1.jago
2.juara

adjective
1.besar
2.raya
3.kece
4.penting
5.akrab
6.aziz
7.baik
8.hebat
9.termasyhur
10.terkenal
11.agung
12.panjang
13.tinggi
14.maha

dan man dapat berarti:

noun
1.laki-laki
2.lelaki
3.pria
4.wira
5.laki-laki dewasa
6.suami
7.biji catur
8.insan
9.orang
10.manusia

verb
1.mengawaki
2.melayani

interjection
1.aduh!
Untuk kasus ini, aku artikan “great man” sebagai: “pria hebat”.

Dalam sebuah malam bersama seorang brother aku berbincang mengenai “be a man”. Entah mengapa perbincangan mengarah kesana, padahal sepuluh menit yang lalu kami membicarakan perbandingan Total Cost Ownership layanan sistem proprietary dibandingkan dengan opensource dan Software as a Service (SaaS). Kami sibuk menghitung perbandingan harga per waktu serta return on investment seandainya menerapkan salah satu metoda.

Mungkin kareka kami membincangkan Eric Schmidt, CEO Google, perbincangan mengarah kepada “bagaimana pria-pria hebat tercipta”. Ya ... tercipta. Kami sadar setiap manusia membawa hadiah Tuhan dari lahir, apakah itu kecerdasan, kekayaan atau ketampanan, tapi kami yakin: apa pun bisa diraih. Tuhan maha adil. Dunia ini tidak hanya diciptakan untuk orang yang cerdas, kaya atau tampan. Karena itu: “great men are made!!”.

Sekarang yang jadi pertanyaan adalah: ”how to be a great man?”

Pernah ada iklan di televisi yang menceritakan menjadi seorang pria, dimana pria itu harus 3M: Matang, mapan, menarik. Aku mulai bergerak dari kasus ini. Ya, wanita mana yang tidak tertarik dengan kualitas diatas. Kualitas 3M memastikan seorang wanita mendapatkan hampir apa pun yang diinginkannya. Mulai dari kebahagiaan memiliki pendamping yang stabil secara emosional. Stabil secara finansial dan tentu saja prestise dimata wanita yang lain saat menggandeng pria yang menarik.

Matang. Matang adalah kualitas paling sulit dari 3M. Matang tidak bisa dibeli atau dicapai dalam waktu singkat. Menjadi matang adalah sebuah proses. Umumnya pria lebih lambat mencapai kematangan dibandingkan umumnya wanita (tolong perhatikan kata “umumnya”, aku tidak berani melakukan generalisasi). Seorang wanita yang berumur sembilan belas tahun mungkin sudah memikirkan masa depannya. Menyelesaikan studi dan mendapatkan posisi pada karirnya serta berkeluarga.

Lain halnya dengan pria yang katakanlah tiga tahun lebih tua, pada usia dua puluh dua tahun seorang pria mungkin belum memikirkan apa yang harus dilakukannya. Apa rancangan terbaik dalam hidupnya untuk menghadapi usia enam puluh tahun. Perencanaan keuangan untuk memulai hidup barunya. Biaya sehari-hari, pendidikan anak dengan tingkat kenaikan sekian persen per tahun. Biaya tak terduga untuk skenario terburuk. Program keluarga berencana untuk memastikan usia anak terpaut dalam jangkauan yang aman, sehingga keuangan tetap stabil jika anak-anak akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Belum lagi pemilihan tempat tinggal yang baik. Lokasi perumahan yang sehat dan kondusif. Pemilihan sekolah terbaik dalam skenario tertentu (hal ini penting sekali, sebenarnya ini masalah pribadi. Aku tidak ingin anak-anak ku merasakan apa yang aku rasakan sehubungan dengan pendidikan – bukannya aku benci sekolah, hanya saja aku punya caraku sendiri untuk belajar). Dan yang paling penting, dapatkah seorang pria mengatasi masalah teknis “sederhana” sehari-hari? Sebut saja memperbaiki keran air yang rusak atau menganti gagang pintu yang butuh usaha untuk memutarnya.

Menjadi matang adalah harga yang mahal. Ini bukan hanya masalah kestabilan, tapi juga masalah perencanaan.

M yang kedua adalah Mapan. Bukannya uang adalah segala-galanya. Tapi uang adalah alat bantu untuk mencapai kesejahteraan.

Tidak bisa dipungkiri pria mapan memberi jaminan kesejahteraan keluarga (walaupun “mungkin” tidak menjamin kebahagiaan). Menjadi mapan adalah keharusan karena akan memberi kemudahan dalam hidup.

Menarik adalah M yang ketiga. Aku tidak habis pikir mengapa “menarik” diletakkan pada posisi terakhir, sedangkan pada banyak kasus, menarik menjadi prioritas dibandingkan mapan dan matang. Kalau boleh aku koreksi, mungkin susunannya lebih seperti ini: menarik, mapan, matang.

Tapi kita fokus kepada skenario yang sudah ada, menarik terletak pada urutan terakhir.

Sejujurnya aku tidak bisa menentukan standar pria menarik karena aku *sama sekali tidak tertarik pada pria*. Kalau Anda bertanya siapa wanita menarik menurutku, aku akan jawab “Liv Tyler”. Sebenarnya aku menyukai karakternya sebagai “Lady Arwen” dalam film Lord of the Rings (wanita high elf punya kualitas: cerdas, bijaksana dan menawan).

Oleh karena itu, aku mengambil beberapa sampel “pria menarik” versi majalah “People”.

PATRICK DEMPSEY
GEORGE CLOONEY
ASHTON KUTCHER
TAYE DIGGS
JOHNNY DEPP
JOSH DUHAMEL
ENRIQUE MURCIANO

Aku punya tujuh sampel pria menarik versi majalah “People”. Sekali lagi ini versi majalah People.

Ada kesamaan yang aku temukan dari pria-pria menarik versi majalah people (selain sama-sama artis tentunya). Salah satunya adalah “sukses dan terkenal”, memiliki tubuh atletis / ideal. Dan entah ini hanya perasaanku saja, pria-pria itu punya wajah yang berkarakter. Aku melihat dari bentuk alis matanya, bentuk rahang dan tulang pipinya.

Johnny Depp punya mata yang indah. George Clooney punya pandangan yang teduh. Sedangkan Ashton Kutcher punya rahang yang kuat.

Yang jelas, dari sampel yang aku punya, aku menemukan sebagian besar pria menarik adalah “pria”. Ia *tidak manis*, kerutan dahi, tulang pipi dan bentuk rahangnya bercerita bahwa ia adalah “pria”.

Tapi ada kasus yang aku temui ketika aku melihat lebih banyak sampel di dunia nyata bahwa menarik dapat diartikan “serasi”. Baik pria maupun wanita yang terlihat menarik, adalah yang mampu menghadirkan keserasian dalam penampilannya. Apakah itu pakaian yang serasi dengan bentuk tubuhnya, model rambut yang serasi dengan wajahnya. Aksesoris yang serasi. Intinya adalah serasi. Tak peduli apakah Anda terlahir menarik, tetapi jika mampu menghadirkan keserasian, maka akan terlihat menarik. Tapi ini hanya pengamatanku saja.

Menarik adalah masalah rasa. Lebih dari itu, terkadang dibentuk dari persepsi. Otak kita melakukan asosiasi unik untuk setiap objek yang diamati. Entah mengapa aku mudah tergoda dengan wanita cerdas. Anehnya aku melihat dan mengagumi wanita dari hal-hal yang *tidak umum* diamati oleh pria. Ini masalah persepsi.

Aku tidak bisa mengambil kesimpulan mengapa seorang pria terlihat menarik bagi sebagian wanita. Wanita punya asosiasi yang tidak bisa dijelaskan logika. Salah satu data yang bisa diambil menurut saya adalah profile “Play Boy Play Mates”. Seorang Play Mate menyukai pria yang bisa diajak melakukan percakapan cerdas, ada yang menyukai pria yang memiliki kepercayaan diri tinggi, ada yang menyukai pria dengan bahu yang kokoh, bahkan ada yang menyukai pria yang mengenakan sepatu yang bagus.


Lalu apakah dengan memiliki kualitas 3M berarti telah memiliki kualitas “pria hebat”? Sejauh ini aku melihat tergantung kepada “kualitas” matang, mapan dan menarik itu sendiri.

Aku kutip beberapa komentar mengenai “bagaimana menjadi pria hebat”:

“ Great men are made...So to become great you must make yourself great. This can be achieved by giving yourself many, many choices in life “

Menjadi pria hebat harus dimulai dengan menjadikan diri kita hebat. Menjadi hebat dapat dicapai dengan memberikan diri kita sebanyak-banyak mungkin pilihan. Sehingga kita bisa mempersiapkan sebanyak-banyak mungkin peluang untuk menjadi hebat.

Papa ku pernah berkata “kalau ingin pergi berperang sediakanlah panah, tombak dan pedang serta apapun yang akan membantu dalam perperangan. Kita mungkin tidak akan menggunakan semuanya, tapi dengan memilikinya berarti kita menjamin peluang kemenangan yang lebih besar. Lebih baik memilikinya disaat kita tidak membutuhkannya dari pada tidak memilikinya disaat kita membutuhkannya”.

“ Great men are made, in part by the choices you make and in part by the pressures life will throw at you “

Pilihan kita menentukan siapa kita. Ada yang bilang “hidup adalah pilihan”. Tujuan yang pasti menentukan apa yang akan dipilih. Sampai saat ini aku menemukan bahwa membuat pilihan sebaiknya tidak tergantung pada apa-apa yang akan dipilih tetapi bergantung pada tujuan yang hendak dicapai.

“ The Character of a man is not measured so much by how he handles a situation under crisis, but how he handles the day to day things in life”

“Any man can handle a stressful situation on occasion. A REAL MAN is committed for the LONG HAUL! Stay FAITHFUL, to God, Parents, Wife, Friends, Boss, Country.”

Memang terdengar idealis, tetapi ini bukan lagi masalah 3M melainkan masalah 3K. Komitmen, konsisten, konsekuen. Bercermin pada kesalahan, aku melihat kegagalan jarang sekali diakibatkan oleh hal-hal besar, melainkan pada hal-hal kecil yang disepelekan.

Kegagalanku bukan dikarenakan aku pecandu narkoba atau berjudi dan main perempuan, tetapi karena aku melalaikan pekerjaanku. Aku tidur pada pukul empat pagi sehingga telat kuliah. Aku tidak peduli dengan pengumuman kampus dan aku tidak menjalin hubungan yang baik dengan rekan-rekan se kampus sehingga aku tidak mendapatkan informasi perkuliahan. Dan yang lebih buruknya, aku mengetahui solusi dari semua maslahku tapi tidak aku laksanakan. Kesalahanku adalah aku pemalas.
Bukan hal besar, tapi dampak negatifnya jauh lebih besar. Aku kehilangan waktu. Aku kehilangan kesempatan.


~~~

Jadi, bagaimana menjadi pria hebat? Dari semua yang aku temukan sepertinya jawabannya adalah dengan menghormati Tuhan, keluarga, sahabat dan diri sendiri. Melaksanakan setiap hal dalam hidup sebaik mungkin. Menjadikan setiap detik hidup kita berarti. Soal 3M akan datang dengan sendirinya.

Einstein dianggap sebagai pelajar yang lambat.
Thomas Alva Edison selalu mendapat nilai buruk disekolahnya.
Stephen William Hawking menderita kelumpuhan pada usia 28 tahun.

Tapi mereka adalah Pria-Pria Hebat yang Mengubah Dunia!!

Apakah mereka “matang”, Einstein menderita sindrom asperger, sebuah kondisi yang berhubungan dengan autisme. Apakah mereka “mapan”, Thomas A. Edison pada usia 12 tahun berkerja sebagai penjual koran, buah-buahan dan gula-gula dikereta api. Apakah mereka “menarik”, Stephen Hawking bahkan tidak bisa lepas dari kursi rodanya.



“Know that perfection does not exist, but there is greatness in everyone. In your own ways, you are great. So you don't have to win the Nobel Peace Prize or be the next Oprah Winnfrey to be considered "great." Learn from your mistakes, and you will grow as a person”


Links:
http://www.people.com/people/package/sma2006/gallery/0,,1539441_1559557_1,00.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Albert_Einstein
http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Alva_Edison
http://id.wikipedia.org/wiki/Stephen_Hawking


[]

* Untuk Papa, Pria paling hebat se-alam semesta.

Wanita oh wanita

Diposting oleh Haddad Sammir

Kawan, seandainya kau dekat dengan wanita, tolong kau ajari aku cara memenangkan hatinya. Kalau kau tidak keberatan, aku akan sangat senang jika kau mau ajari aku bagaimana cara menyelami pikirannya. Jangan biarkan aku tenggelam dalam variabel -variabel yang sangat banyak jumlahnya ini. Tolong sederhanakan kawan.

Benarkah wanita itu dominan menggunakan perasaannya?
Benarkah setiap wanita punya pandangan yang unik mengenai dunia?
Benarkan wanita itu secara naluriah berusaha melindungi dirinya dengan bersandar pada hal-hal yang hanya dimengerti olehnya?
Benarkah wanita bisa berubah hanya dalam semalam?
Benarkah wanita itu penuh tipu muslihat?
Benarkah wanita itu mahir berpura-pura?
Benarkah wanita adalah manager yang tangguh?

Semua variabel yang aku kumpulkan mengarah pada pola yang sama, namun implementasi yang berbeda. Kalau boleh aku analogikan, wanita punya sifat “polymorph”. Setiap tidak tanduknya memiliki aksi yang berbeda. Untuk setiap aksi selalu berlawanan dengan aksi sebelumnya. Sehingga koreksi harus dilakukan secara balik kebelakang dan mengkoreksi semua defenisi yang dibuat dari aksi tersebut.

Sekarang yang jadi pertanyaan adalah bagaimana menentukan tujuan dari setiap tindak tanduk seorang wanita?

Atau aku harus mengubah teknik analisa ku?

Atau bahkan mungkin aku telah tertipu dengan keacakan? (mungkin juga pola-pola), dan aku tanpa ku sadari telah menemukan jawabannya.

Ah kawan ... sungguh aku tak mengerti.

~~~

Anggap saja ini sebagai hiburan dalam studi kasus “reverse engineering”. Dan sampai saat ini yang aku dapatkan adalah, untuk setiap wanita ia punya naluri yang lebih baik dalam betahan dan / atau melindungi dirinya jika dibandingkan dengan pria.

Mengapa harus nanti ? ... Tentu saja ... Mengapa harus sekarang?

Diposting oleh Haddad Sammir

Jika ada yang bertanya “mengapa harus nanti ?”, maka dalam perpektifku akan ada pertanyaan “mengapa harus sekarang ?”. Sekarang atau nanti adalah persoalan waktu, namun dalam duniaku, sekarang atau nanti adalah persoalan strategi.

Ada yang bilang hidup seperti berjudi (life is gambling), namun bagiku hidup adalah perang! Kau tahu perang itu apa kawan? Perang adalah “untuk menang”. Tak peduli kita punya apa dan bisa apa, jika kita memutuskan untuk perang maka hanyalah untuk menang.

Berbicara tentang menang, ada hal subyektif dalam defenisinya. Ada yang bilang menang adalah mengalahkan semua musuh, ada yang bilang menang adalah mendapatkan semua keinginan atau mencapai semua tujuan. Bahkan ada yang bilang menang adalah mendapatkan semua uangnya.

Boleh-boleh saja, karena tidak ada defenisi yang pasti tentang menang. Silahkan buat defenisi menangmu. Tapi yang pasti bagiku, menang adalah mendapatkan kedamaian. Damai di jiwa, damai di hati.

Dalam perang, beragam karakter bermunculan. Kau bisa lihat dari caranya membidik, atau dari caranya menembak bahkan kau bisa lihat dari kedipan matanya. Dalam perang semua karakter memunculkan egonya. Perang bisa saja dimulai dari konflik yang lebih luas, tapi di medan perang, semuanya bisa berubah menjadi konflik pribadi. Ini bukan lagi perang antara kerajaanku atau kerajaanmu, ini adalah perang kita berdua.

Jika kedua belah pihak ingin menang, maka mereka akan menyusun strategi terbaik yang diharapkan (kalau boleh aku akan pakai kata “dipastikan”) akan mematahkan kekuatan lawan. Dan kau tahu, ini bukan masalah siapa yang terlebih dahulu menyerang. Ini masalah bagaimana kau memanfaatkan waktu.

Yang pasti, kau boleh memilih untuk menanti, atau memilih untuk menyerang.

~~~

Lalu mengapa tidak sekarang, mengapa harus nanti ?

Aku tahu, tetapi tidak aku lakukan ...

Diposting oleh Haddad Sammir

Terkadang aku berpikir: “mengapa aku berpikir”.

~~~

Aku selalu memikirkan banyak hal. Mungkin sudah bawaanku sedari kecil. Sejak umur empat tahun aku sudah memikirkan “jika Tuhan adalah pencipta segala sesuatu, apa yang terjadi seandainya Tuhan tidak ada?”. Saat itu yang ada dalam benakku adalah “hitam dan kosong”, hingga sepuluh tahun kemudian aku baru sadar, hitam dan kosong adalah “sesuatu”.

Dalam perjalananku menuju tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya aku menemukan bahwa “mustahil memikirkan sesuatu yang tak terpikirkan”. Tak mungkin melompat melewati ambang batas imajinasi. Pikiran itu terbatas.

Selalu dalam hidupku aku meyakini bahwa aku tidak pernah tahu segalanya.

~~~

Aku dan saudaraku pernah berbincang di suatu sore di sebuah kedai kopi. “Apa yang akan terjadi lima tahun lagi ? Apakah kita akan tetap seperti ini?”. Oh kawan ku sayang, tiga tahun yang lalu pikiran itu terlintas dan terkenang hingga saat ini.

Tersisa dua tahun yang harus menjadi pembuktian.

Saat ini aku mereka ulang setiap kejadian yang terjadi tiga tahun terakhir ini dan mengamati setiap keadaan dan kejadian acak yang terjadi. Semua saling mempengaruhi dan sebuah hal kecil menjadi pemicu segala sesuatu.

Oh kawan, aku tidak pernah tahu segalanya.

~~~

Pernah seorang teman berkata “haddad, satu hal yang aku tidak suka dari kamu adalah: kamu tahu tapi tidak kamu lakukan!”, dan kata-kata itu tidak pernah hilang dari ingatanku.

Siang malam aku memikirkan kata-katanya. Memang aku tidak pernah tahu segalanya, namun jika aku mengetahui sesuatu, akan sangat berarti jika aku melakukannya.

Ingat kawan, bukan hal besar yang memberi perbedaan, tapi akumulasi hal-hal kecil, sepele dan remeh temeh lah yang akan menentukan masa depan.

Kata-katanya membuatku tidak bisa tidur, dia benar. Ingin rasanya aku menjabat tangannya dan mencium jemarinya. Menegaskan bahwa dia benar dan aku begitu menghargai setiap perkataannya.

Kawan, aku mengetahui sesuatu, tapi mengapa tidak aku lakukan?

~~~

Harus aku akui dalam empat bulan terakhir ini aku mengalami transformasi besar dalam hidupku. Sebuah karakter masuk dalam semesta kecilku dan memberi warna tersendi. Aku belajar memahami sesuatu dari serangkaian pola-pola yang kutemukan. Aku berpikir hingga tiga kali lebih keras dari yang biasa ku lakukan. Aku mengumpulkan lebih banyak variabel dan aku menemukan lebih banyak skenario.

Semuanya hal baru bagiku dan aku berhasil mendayagunakan otak kananku sebagaimana aku mendayagunakan otak kiriku.

Ya, semuanya terjadi pada detik detik menjelang hari ulang tahun ku dan aku tahu, Tuhan memberikan kado yang indah sekali untukku.

~~~

Terkadang aku berpikir “sudahlah, lakukan saja, jangan terlalu banyak berpikir!”.

Ternyata kita tidak pernah tahu segalanya

Diposting oleh Haddad Sammir

Cara terbaik untuk menang adalah dengan menyadari bahwa kita tidak pernah tahu segalanya.

~~~

Apapun bisa terjadi. Semua variabel akan menunjukkan keberadaannya. Akumulasi akan melahirkan sebuah peristiwa. Sesuatu tidak pernah terjadi begitu saja, semua memiliki proses dan semua memiliki alasan.

Tidak pernah ada peristiwa besar tanpa didahului oleh serangkaian peristiwa-peristiwa kecil. Akumulasi akan memberi jawaban.

Pengetahuan dan kesadaran telah menipu. Ternyata kita tidak pernah tahu segalanya.

Seandainya oh seandainya

Diposting oleh Haddad Sammir

Kalau aku berada pada duniaku dengan keadaanku saat ini, pastilah karena pilihanku. Hari selasa bulan maret, tanggal dua puluh empat, dua puluh dua tahun yang lalu. Aku memulai tarikan nafas pertamaku, menangis, merasakan udara hangat ruang bersalin. Menebak-nebak, mereka-reka, mulai menggunakan semua potensi tubuh yang diberikan Tuhan kepadaku.

Oh kawan ... sudah lama kejadian itu berlalu. Kau tahu kawan, dua puluh dua tahun yang memiliki ber triliun-triliun pilihan.

Seorang anak muda yang katakanlah biasa saja. Tidak ada yang spesial. Tapi itulah aku, yang terdampar pada satu keadaan dari pilihanku yang ku pilih dari bertriliun-triliun pilihan yang aku miliki.

~~~

Lima menit yang lalu aku dihadapkan pada pilihan-pilihan. Aku punya kehendak bebas untuk menentukan apakah hendak membuat secangkir susu coklat hangat atau secangkir teh. Empat menit yang lalu aku memutuskan membuat secangkir teh. Seperti biasa, teh sumatera dengan satu sendok teh gula. Dan saat ini aku sedang menikmati secangkir teh hangat.

Tentu akan berbeda halnya jika “seandainya” empat menit yang lalu aku memutuskan membuat secangkir susu coklat hangat. Lebih dari itu, “seandainya” aku lebih membuka pikiranku, empat menit yang lalu aku bisa saja memutuskan membuat secangkir kopi.

Seandainya oh seandainya. Kata ajaib itu bagaikan sebuah mantera yang seolah-olah melenyapkan semua masalah. Untuk lebih mujarab harus dirangkai dengan mantera-mantera tambahan seperti: “mungkin saja”, “bisa saja” atau bahkan “pasti”.

Aku berikan kau sebuah contoh mantera mujarab agar sukses menjadi sarjana, warisan turun temurun raja jin dari selatan: “Seandainya aku rajin belajar, pasti sekarang sudah jadi sarjana”.

~~~

Setiap waktu menghasilkan jutaan pilihan dan tentu saja menghasilkan jutaan cerita. Dan setiap cerita akan diperbaiki hanya dengan sebuah mantera.

Waktu dan pilihan adalah dua sejoli kehidupan. Menggores buku harian dengan cerita-cerita yang harus dibacakan keras-keras kepada dunia.

Dan saat ini aku harus bacakan keras-keras ceritaku pada dunia.

~~~

Kalau kau merasa malu dengan ceritamu, kau cocok berteman denganku. Mari kita berkawan.

Sejujurnya kawan, aku telah dihukum oleh pilihanku. Tidak hanya itu, waktu yang tidak bisa dipisahkan dengan pilihan juga ikut-ikut menghukumku. Sendainya oh seandainya. Mengapa mantera itu yang selalu menghinggapi pikiranku? Mentang-mentang ia adalah kata ajaib. Penawar racun, pengobat rindu atau mungkin saja adalah pelarian terindah.

~~~

Kawanku sayang, “seandainya” aku lebih keras kepada diriku, “mungkin saja” saat ini aku sudah bisa terbang. “Seandainya” aku bersedia berempati dan belajar lebih rajin “bisa saja” sekarang aku sudah sarjana. “Seandainya” aku memilih pilihan yang lain “pasti” ceritaku akan berbeda.

Tapi aku sadar hidup tidak bisa diubah dengan pengharapan. Hidup hanya bisa diubah dengan tindakan. Pendapat yang sangat idealis! Bicara memang mudah!

Ya ... saat waktu semakin menyempit, pilihan semakin terbatas. Tapi tetap ada alasan untuk memilih yang terbaik. Aku memilih jalan ini karena aku punya harapan didalamnya. Dan setiap tindakanku adalah langkah-langkah yang ku tempuh untuk meraih impianku.

~~~

Sekarang saatnya untuk mengoreksi kembali. Buruknya kisah hidupku adalah karena aku membuat pilihan sebelum cerita. Langkah – walaupun kecil – harus memiliki tujuan. Tujuan adalah acuan dalam gerak. Dan cerita hidup kita yang akan kita bacakan keras-keras kepada dunia adalah acuan kita dalam membuat pilihan.

Aku tidak tahu apakah pendapatku ini benar, tetapi karena aku sayang padamu kawan aku sampaikan ini dengan harapan jika menurutmu benar ambilah, namun jika menurutmu salah tinggalkanlah.

“””
Pada waktu ini aku bergerak, dituntun impian menuju cerita yang ku inginkan. Ceritaku membawaku pada pilihan yang tepat . Dan pilihanku akan menuntunku menuju impianku ...
“””

[]

Tulisan ini adalah sebuah pengakuanku terhadap kesalahan dan kelalaianku. Yang (selalu) aku harapkan menjadi momentum bagiku untuk menjadi lebih baik.

Terima kasih kepada yang telah mengajariku bahwa “waktu adalah aspek paling penting dalam hidup” dan telah (dengan sukses) membawaku ke tempat yang belum pernah kukunjungi sebelumnya. Aku begitu menghargai dan tidak akan melupakannya.